Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM) pada tanggal 28 Februari 2018 telah sukses menyelenggarakan “The 2nd International Symposium in Veterinary Science”. Symposium ini didukung oleh Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonessia (AFKHI) yang terdiri dari 11 Universitas dan 3 Fakultas Kedokteran Hewan dari Jepang, yaitu Yamaguchi University, Kagoshima University, dan Tottori University. Symposium yang mengusung tema “Strengthening the Regional Veterinary Education and Research for the Future Excellent Veterinary Graduates” ini dibuka oleh Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada Bidang Kerja Sama dan Alumni Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M. Selain dihadiri oleh para Dekan dari 11 FKH di Indonesia dan Dekan dari 3 Universitas dari Jepang, symposium ini diikuti oleh 160 partisipan, 32 presenter poster, dan 31 presenter oral.
Seminar
Yogyakarta, 20 Januari 2018- Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM) menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Prospek, Peluang, dan Tantangan Pengembangan Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan) di Indonesia Tahun 2018”. Bidang peternakan dan keswan merupakan salah satu sub-sektor pertanian yang memegang peran strategis dalam menyediakan sumber pangan asal ternak, energi dan sumber pendukung lainnya sehingga berdampak pada kemajuan pembangunan nasional. “Untuk melaksanakan peran strategis tersebut, diperlukan dukungan dari para stakeholder, bersama-sama bekerja keras dan berkomitmen untuk mewujudkan pengembangan sub-sektor peternakan dan keswan” jelas ketua panitia seminar, Dr. drh Wisnu Nurcahyo.
Acara ini dihadiri oleh para alumi FKH UGM angkatan 1983, yang terkenal sedang berada di puncak karir sebagai stakeholder di bidang peternakan dan keswan. Dalam acara ini, perwakilan stakeholder, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, organisasi profesi, praktisi, akademisi dan peneliti hadir dan menyampaikan prospek, peluang dan tantangan dari masing-masing bidang dalam mengembangkan sub-sektor peternakan dan keswan. Menurut Dr. drh Wisnu Nurcahyo, pemaparan materi dari masing-masing stakeholder ini sangat membantu dalam mengevaluasi pencapaian kerja di tahun 2017 dan membantu dalam menyusun strategi untuk mengoptimalkan pencapaian pengembangan peternakan dan keswan di tahun 2018.
Direktur Kesehatan Masyarakat (Dirkesmavet) Veteriner Ditjen Peternakan dan Keswan Kementerian Pertanian Indonesia, drh. Syamsul Ma’arif, M.Si, memaparkan program nasional penyakit gangguan reproduksi (Gangrep) sudah berjalan dengan baik meskipun capaiannya masih terus dievaluasi. Keberhasilan program Gangrep ini akan mendukung kegiatan upaya khusus sapi indukan wajib bunting (Upsus Siwab) yang telah dicanangkan sejak tahun 2016 lalu dan akan berlanjut hingga tahun 2018. Sinergisme dari pemerintah, pelaku industri, praktisi, akademisi dan peternak Indonesia diperlukan untuk melewati tantangan guna mempercepat peningkatan populasi sapi potong dalam negeri sebagai indikator keberhasilan program. Tantangan lain yang sering dijumpai dalam melaksanakan pengembangan peternakan dan keswan di Indonesia adalah kepekaan generasi muda atau dokter hewan muda dalam mendeteksi isu-isu atau kasus-kasus di lapangan.” Dokter hewan baru pasif atau kurang peka dalam menanggapi isu-isu yang sedang hangat di lapangan, ini adalah tantangan ke depan bagi para stakeholder, khususnya bagi akademisi untuk membentuk dokter hewan berkualitas, peka terhadap isu-isu di lapangan dan memiliki inisiatif untuk terus memajukan peternakan dan keswan di Indonesia” tambah drh. Tirtayana dari PT. Indovetraco Makmur Abadi.
Selain membahas tentang perkembangan peternakan dan keswan, isu-isu mengenai konservasi dan wildlife juga turut disampaikan oleh Direktur Utama KRKB Gembira loka, KMT A. Tirto Diprojo. “PR besar lembaga konservasi yang saat ini masih belum dikelola dengan baik adalah recording, jumlah populasi satwa yang masuk dalam list punah dan sebaliknya tidak up to date” terangnya. Mengingat kebun binatang sudah menjadi salah satu sarana belajar bagi masyarakat, peran dokter hewan dalam hal ini perlu ditingkatkan.
Selain para stakeholder, acara ini juga dihadiri oleh mahasiswa FKH UGM, baik mahasiswa S1, profesi, S2 dan S3. Pada kesempatan ini, salah satu praktisi hewan kecil, drh Tupon Mardatun, menyosialisasikan kepada pada calon dokter hewan bahwa untuk menjadi dokter hewan yang berkualitas dalam bidangnya, hard dan softskill saja tidak cukup, tetapi attitude juga diperlukan. Diharapkan para calon dokter hewan kelak disiplin terhadap peraturan dan menjaga nama baik profesi serta almamater. Menanggapi pemaparan dari para pemateri, Dr. drh. Max Sanam, M.Sc, Dekan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, NTT, menyatakan dari bidang akademik siap menyediakan dan mencetak dokter hewan berkualitas, tidak hanya matang secara teori, namun juga praktek di lapangan dan menjaga attitude. Selain itu, akademisi dan peneliti diharapkan dapat mengembangkan kesehatan hewan melalui berbagai penelitian yang dipublikasikan dan dapat diakses untuk menambah keilmuan guna memajukan kesehatan hewan Indonesia.
Para peserta seminar mengakui bahwa menghadiri seminar ini membuka wawasan pentingnya pengembangan peternakan dan keswan Indonesia. “Alumni 1983 sungguh luar biasa, melalui seminar ini, wawasan menjadi bertambah dan Saya juga belajar bagaimana menjaga komunikasi dan menjalin silaturahmi dengan rekan sejawat, serta bertindak profesional sesuai dengan amanat profesi” ujar Yosua, alumni S2 Sain veteriner FKH UGM. Prospek, peluang dan tantangan yang telah disampaikan dalam seminar diharapkan dapat menunjukkan arah dan dijadikan sebagai landasan dalam mengambil kebijakan. Seminar ini diharapkan dapat menjadi pijakan awal bagi para stakeholder untuk merumuskan dan merekomendasikan masukan, menyusun strategi serta mengambil langkah konkrit dalam memajukan bidang kedokteran hewan, khususnya pengambangan peternakan dan kesehatan hewan Indonesia.(IP)